Connect with us

Modification

Beginilah Mobil Chamber Yang Ideal Menurut Reindy

Setelah beberapa bulan #WFH, akhirnya tim FnL memberanikan diri keluar kandang untuk bertemu dengan salah satu narasumber kami penghobi mobil chamber. Adapun kondisi belum aman seratus persen, kami tetap mengikuti protokol kesehatan covid-19 selama masa new normal. Harus tetap waspada donk, sob!

Ditemani oleh Bung Adit, pertemuan kali ini dengan sosok bernama Reindy berlangsung di sebuah mall di sudut Ring Road Utara sembari menyruput kopi. Yaps, Reindy adalah penghobi modifikasi mobil chamber yang kebetulan tergabung dalam komunitas Royal Low dan salah satu pelopor #MADEINJOGJA.

Identik dengan sudut kemiringan roda secara vertikal jika dilihat dari depan atau belakang, baik chamber positif maupun pada umumnya negatif, itulah ciri khas dari mobil chamber. Nah, apakah mobil dengan modifikasi semacam ini memang nyaman atau sekedar mengejar tampilan? Apakah layak digunakan di jalan? Jika merunut dari jejak sejarahnya, menerapkan modifikasi chamber wajib hukumnya dalam dunia balap mobil karena sangat berperan untuk bersaing di lintasan khususnya saat melakukan high speed cornering.

Modifikasi Chamber

Lantas, gimana kalau mobil chamber digunakan sebagai mobil harian bahkan bepergian jarak jauh? Seperti apa sih mobil chamber yang ideal buat mereka para penghobi? Mungkin bagi kalian yang awam bakalan nggak nyaman mengendarai mobil chamber, karena bisa dipastikan modifikasi ini bisa menyebabkan mobil berguncang nggak wajar.

“Ideal atau nggak buat berkendara jarak jauh mungkin lebih subyektif ya selama itu sesuai peruntukkannya, cuma secara teknis harus benar, artinya pasang dan setting suspensi harus bener,” sambut Reindy.

“Semua bengkel mungkin bisa bikin mobil chamber, tapi nggak semua cara pasangnya benar. Misal mobil chamber pakai air suspension, ketika posisi mobil 0 psi ada orang bikin ban depannya masih berdiri, tapi belakangnya chamber. Mungkin karena orang mikir ‘oh ini mentoknya segini’, nah di Jogja seringkali bisa maksain depan belakang semuanya chamber entah gimana caranya biar ideal dari segi tampilan, entah itu modif pakai adaptor, kustom kaki-kaki, potong fender. Kalau ideal dari segi kenyamanan, gimana caranya dengan settingan seperti itu mobil bisa tetap nyaman dan aman meskipun posisi 0 psi dengan muatan lebih dari satu orang sekalipun.”

Menurutnya, sektor utama modifikasi chamber berada di kaki-kaki, setelah itu beralih ke body supaya terlihat luwes dengan gaya roda yang nyelup. “Kita nggak bisa ngoprek body kalau sektor kolong belum beres. Jadi kaki-kaki mesti enak dulu, chambernya pas baru kita bikin body, radius dengan bentuk senatural mungkin.”

Modifikasi yang ideal tak melulu urusan teknis namun juga dilihat dari basic mobilnya, karena ternyata masih banyak orang yang salah kaprah dalam mengaplikasikan gaya modifikasi. Hal ini ditegaskan oleh Reindy, “Namanya orang pengen modif pasti banyak maunya, tapi yang sering lupa adalah basic mobil yang nggak sesuai peruntukkannya. Misal Camry atau basic Saloon yang identik dengan mobil nyaman pengen style racing menurutku kurang ideal. Bukan nggak bisa tapi tiap mobil punya peruntukknya sendiri, basic mobilnya harus tepat dulu untuk dimodifikasi arahnya kemana itu sangat berpengaruh.”

Tentu saja style racing memiliki spesifikasi kaki-kaki dan velg yang berbeda termasuk karakter suspensi yang cenderung lebih keras. Sebut saja Supra ideal untuk drag race, jelas jika digunakan sebagai mobil harian pasti keras. Sementara tipikal modifikasi pada mobil luxury atau VIP dengan air suspension sudah barang tentu nyaman apalagi untuk harian.

“Saya pribadi lebih memilih air sus karena lebih multifungsi, secara look kena banget tapi nggak merusak mobil jadi solusinya pakai air sus. Mungkin berangkat dari kebutuhan saya buat mobil harian jadi lebih tepat pakai air sus, mau kemana aja bahkan luar kota lebih fleksibel, ketemu ‘polisi tidur’ atau jalanan bumpy tinggal naikin air sus, itu aja sih,” terang Reindy.

Modifikasi air suspension merogoh kocek mulai dari 20 juta ke atas, ini pun tergantung dari ECU — ada yang menggunakan selenoid biasa, manajemen, perpaduan coilover dan balon dengan harga 80 juta ke atas.

Kultur & Referensi Modifikasi di Jogjakarta

Banyak cara untuk memodifikasi mobil chamber mulai dari komponen kit aftermarket hingga kustom, tapi tentu saja kedua hal tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan. Suspensi aftermarket ibaratnya cuma ‘plug & play’, jadi dari efisensi waktu lebih cepat, hanya saja mungkin body mobil nggak bisa serendah yang anda inginkan. Sementara modifikasi kustom, sudah pasti memakan waktu yang lebih lama, tapi bisa sesuai dengan keinginan anda. Nah, ini yang seringkali terjadi di Jogja.

“Kultur di Jogja sendiri kebanyakan chamber kustom. Jogja identik dengan modifikasi kustom khususnya kaki-kaki jadi sensasinya jauh lebih besar dibanding kota lainnya, bukannya kota lain jelek tapi banyak yang mengakui kalau ‘urusan miring-miring’ ya Jogjalah. Modifikasi itu seninya ya dikustom,” ujar Reindy.

“Pada prinsipnya meskipun mobil chamber Jogja yang pada umumnya kustom memang benar-benar layak dipakai, nyaman dan nggak menghilangkan estetika mobil itu sendiri, makanya kita bikin touring itu juga menjadi bukti bahwa mobil chamber aman dipakai touring jarak jauh.”

Yaps, pada Maret lalu Reindy bersama kawanan #MADEINJOGJA melakukan touring yang bertajuk “Partai Neraka” menuju Pulau Dewata. Ini juga menjadi ajang pembuktian bahwa mobil chamber dengan modifikasi kustom layak untuk berkendara jarak jauh, pun kembali dengan aman ke Jogja.

Bagi kalian yang belum pernah mendengar apa itu #MADEINJOGJA, ini bukan klub ‘tim rebahan’ alias mobil chamber, melainkan wadah untuk semua pecinta empat roda di Jogja. Yaps, mungkin gaungnya masih terdengar sayup, saya pun belum familiar dengan istilah ini.

“Kita bikin yang namanya Made in Jogja sekitar 2013, ini bukan klub atau sejenisnya, toh juga nggak ada struktur organisasi. Secara umum #MADEINJOGJA adalah semua modifikasi mobil buatan Jogja, prinsipnya untuk mewadahi car enthusiast di Jogja biar bisa guyub bareng dan berbagi edukasi mapun informasi — mau mobil offroad, drag silahkan, kita buat untuk menghilangkan gap. Made in Jogja adalah milik bersama,” tegas Reindy.

Sementara sumber referensi modifikasi bergaya chamber pada umumnya mengadopsi dari media digital, khususnya Instagram. Tapi menurut Reindy, ini tergantung dari basic mobilnya, “Kalau basicnya VIP Jepangan kami biasanya mengadopsi modifikasi yang lagi marak di Jepang. Sedangkan VIP buatan Amerika justru jarang yang main chamber, identik dengan posisi ban berdiri tapi main diradius, lampu kelap kelip, velg besar. Di Jogja sendiri pada dasarnya nggak mungkin menjiplak 100 persen, biasanya dikombinasikan atau ada bagian yang dikustom lagi biar kelihatan beda. Kalau spesifikasi suspensi nggak harus sama.”

Modifikasi adalah soal selera, nggak ada yang salah dengan itu tapi seringkali seseorang melakukan kesalahan tanpa melihat basic mobilnya. Ini yang terjadi di tengah tren VIP car atau di Jepang disebut Bippu. “Sekarang lagi marak Bippu, tapi kadang orang masih salah kaprah, misal mobil Jazz dibikin style Bippu, menurut saya nggak cocok karena Bippu itu murni VIP car, identik dengan penggerak roda belakang dan kapasitas mesin diatas 3000 cc.”

 

Comments

13 Tahun eksistensi ETCC Indonesia di ajang motorsport nasional 13 Tahun eksistensi ETCC Indonesia di ajang motorsport nasional

13 Tahun Eksistensi ETCC Indonesia Jadi Tonggak Sejarah Motorsport Nasional

Touring Car

ExxonMobil kerahkan bus premium untuk mudik nyaman mekanik 2024 ExxonMobil kerahkan bus premium untuk mudik nyaman mekanik 2024

ExxonMobil Kerahkan Bus Premium untuk Antar Mekanik Pulang Kampung

News

Setiawan Santoso pakai mobil baru di GTWCA 2024 Setiawan Santoso pakai mobil baru di GTWCA 2024

Tak Lagi Pakai Porsche di GTWCA 2024, Setiawan Santoso Beberkan Alasannya

News

Tim Indonesia di ajang Taiwan Gymkhana International Prize 2024 yang diwakili oleh Anjasara Wahyu (kiri), Canya Prasetyo (tengah) dan Adrian Septianto (kanan) Tim Indonesia di ajang Taiwan Gymkhana International Prize 2024 yang diwakili oleh Anjasara Wahyu (kiri), Canya Prasetyo (tengah) dan Adrian Septianto (kanan)

Wakili Indonesia di Gymkhana Internasional, Peslalom Ini Merasa Tertantang

Slalom

Copyright © 2022 Fastnlow.net. Theme by Fastnlow, powered by CV. OTOMEDIA NUSANTARA.

Connect