JAKARTA – Perwakilan Pengurus Pusat Ikatan Motor Indonesia (PP IMI), akhirnya bertemu dengan Presiden FIA, Muhammed bin Sulayem di sela-sela rangkaian FIA Conference yang berlangsung di Samarkand, Uzbekistan, Kamis (13/06/2024).
Rifat Sungkar selaku Ketua IMI Mobility yang didampingi oleh Adi Wibowo, menjelaskan bahwa pembicaraan dengan Muhammed bin Sulayem ini terkait perkenalan IMI dan beberapa hal penting lainnya.
Dalam pesan singkatnya, Rifat Sungkar, mengungkapkan salah satu yang jadi pembahasan adalah terkait aplikasi IMI yang mempersatukan antar pengurus di provinsi di seluruh Indonesia.
“Pembicaraan sama presiden FIA itu meliputi beberapa hal, yang pertama adalah memperkenalkan Indonesia bahwa IMI punya aplikasi yang bisa merangkum semua kawasan di Indonesia. Karena keanggotaan IMI itu punya challenge dengan tersebarnya pulau-pulau di Indonesia sampai berapa belas ribu itu,” jelas Rifat.
Ia berharap, setelah pertemuannya dengan orang nomor satu di FIA ini, aplikasi tersebut bisa lebih powerful lantaran di dalam aplikasi tersebut terdapat beberapa servis yang dihadirkan oleh IMI.
“Jadi kita sebagai club yang medium dengan jumlah anggota 30-50 ribu member, minta support untuk bisa saling terjadi dan dia akan mensupport hal ini,” sambungnya.
Sementara itu, pembicaraan penting yang ia sampaikan kepada Muhammed bin Sulayem, adalah terkait importasi kendaraan balap. Bagi Rifat, ini akan menjadi penting untuk keberlangsungan industri motorsport di Tanah Air. Oleh sebab itu, ia berharap akan ada langkah nyata dari FIA untuk mendukung hal tersebut.
“Yang kedua adalah mengenai diskusi tentang dukungan Mohammed bin Sulayem, terhadap importasi kendaraan balap karena ini akan menjadi challenge di beberapa negara,” beber maestro rally Indonesia.
Dia juga mencotohkan kenapa di Eropa perkembangannya lebih cepat. Menurutnya, ini dikarenakan tidak ada tax (pajak) yang meliputi hal tersebut. Sebab, dalam satu kawasan, tax untuk importasi kendaraan tidak seperti barang masuk ke Indonesia yang akan menjadi sangat mahal.
“Kenapa di Eropa itu maju? Karena semua buatan Eropa, jadi enggak ada tax di Eropa. Sementara begitu kita ke Asia, terutama di Indonesia yang paling parah semuanya jadi mahal. Soalnya kita enggak punya teknologi itu, dan ketika kita punya teknologinya justru kita di charge berkali-kali lipat dan ada kita minta surat dukungan untuk pemberitahuan kepada pemerintah supaya motorsport di Indonesia bisa maju dengan adanya kendaraan-kendaraan importasi yang diketahui dan disesuaikan speknya dengan kelas-kelas yang ada di FIA dan bisa dipakai di Indonesia,” tambahnya lagi.
Di samping itu, ia menekankan bahwa importasi kendaraan ini hanya diperuntukan bagi kendaraan balap yang tidak road legal. Jadi, pemerintah melalui kepanjangan tangannya tidak perlu khawatir akan kendaraan tersebut bakal digunakan di jalan raya.
“Dan ada hal yang menariknya juga adalah bahwa mobil-mobil yang dimaksud oleh mobil balap, adalah yang tidak road legal karena peruntukannya adalah untuk balap tidak untuk jalan raya,” pungkas suami Sissy Priscillia. (*)